Selamat Datang

Situs penanggulangan bencana alam

Senin, 15 Juli 2013

Laporan Pelayanan Ya-PeKA HKBP 2008 - 2012




Laporan Pelayanan Ya-PeKA HKBP
Periode : Mei 2008 – Januari 2012
             I.      Pendahuluan 
Pasca tragedi gempa dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004, HKBP melalui Departemen Diakonia telah melakukan emergency respon dan program rehabilitasi dengan membentuk sebuah unit pelayanan yang bernama L-PeKA. Atas rekomendasi Erns and Young pada 31 July 2006 L-PeKA kemudian berubah nama menjadi Ya-PeKA HKBP. Sejak tahun 2005 sampai dengan Desember 2007  Ya-PeKA telah menjadi implementing partner ACT/ YTBI  dalam menjalankan program rehabilitasi di Banda Aceh. Setelah  berakhirnya program ACT/YTBI pada akhir 2007,  Ya-PeKA melakukan evaluasi dan analisa terhadap dampak / impact program yang telah dilakukan selama 2 tahun. Hasil analisa dan evaluasi tersebut merekomendasikan Ya-PeKA untuk tetap melanjutkan programnya dengan mencari lembaga donor yang bersedia mendukung program selanjutnya.
Mengingat kebutuhan dan hasil evaluasi tersebut, pada April 2008 Ya-PeKA HKBP telah menjadi implementing partner WRHC LCMS (World Relief and Human Care Lutheran Church Missoury Synod) untuk melaksanakan program 910383 Post Tsunami Education and Economic Rehabilitation in Aceh.  Program ini dilaksanakan di 3 desa antara lain : Lambaroskep, Lamdingin dan Lampulo yang berada Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Program ini direncanakan akan berakhir pada Mei 2011.
Pada penghujung tahun 2009 pkl. 17.16, Gempa berkekuatan 7, 6 skala richter kembali memporak porandakan negeri ini. Kali ini gempa tersebut berpusat di Kabupaten Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Guncangan gempa dirasakan hampir diseluruh wilayah Sumatera, hingga ke Malaysia dan Singapore. Kerusakan terparah terjadi di Provinsi Sumatera Barat, terutama di Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir Selatan dan Padang Panjang. Menurut catatan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban meninggal akibat gempa bumi mencapai 1.117 jiwa dan lebih dari 1.200 orang luka berat dan hampir 250 ribu Kepala Keluarga kehilangan tempat tinggal. Korban jiwa banyak dialami anak-anak, baik yang berada di tempat-tempat belajar maupun di rumah mereka.
Atas petunjuk Kepala Departemen Diakonia HKBP (Pdt. Nelson F Siregar) pada tanggal 1 Oktober 2009 Ya-PeKA HKBP mengutus 2 orang staf Banda Aceh untuk melakukan emergency respons bersama-sama dengan HKBP Bukit Tinggi dan HKBP Padang. Pada fase emergency Ya-PeKA HKBP telah melakukan koordinasi dengan berbagai lembaga terkait untuk melakukan assesmen dan pemetaan lokasi bencana. Koordinasi yang telah dilakukan antara lain dengan : Satkorlak propinsi Sumbar, PGIW Sumbar, YTBI, UNOCHA, dan lembaga-lembaga terkait lainnya. Dari hasil koordinasi dan pemetaan Ya-PeKA HKBP  memutuskan untuk melakukan intervensi di dua wilayah yaitu di Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman
Dalam mendukung kegiatan emergency dan rehabilitasi di Sumatera Barat Ya-PeKA menjalin kerjasama dengan 2 NGO Internasional yaitu WRHC LCMS dan ALWS (Australian Lutheran World Service). Bersama WRHC LCMS, Ya-PeKA mefokuskan kegiatan emergency response nya di sekitar Kota Padang sedangkan dengan ALWS di Kabapupaten Padang Pariaman.  Berikut ini gambaran umum masing-masing program berdasarkan wilayah pelayanan Ya-PeKA HKBP
A.    Gambaran Umum Banda Aceh 7 tahun Pasca Tsunami
Lima tahun pasca tsunami kondisi infrastruktur sosial dan ekonomi yang ada di Propinsi NAD (Nangroe Aceh Darussalam) ini telah pulih kembali. Dalam kurun waktu empat tahun menurut data BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Aceh – Nias telah dibangun 140 ribu unit rumah, 3.600 km jalan baru, 12 bandara dan airstrip, 20 pelabuhan laut, 1.500 unit sekolah termasuk pelatihan bagi 39 ribu guru, pembangunan 1.100 fasilitas keseharan, 987 bangunan pemerintah, rehabilitasi 70 ribu hektare lahan pertanian dan bantuan terhadap 195 ribu UKM. Badan ini telah berhasil melaksanakan berbagai proyek pemulihan pascabencana di Aceh dan Nias dengan nilai sekitar Rp 80 triliun. Dana itu berasal dari dana pemerintah, sumbangan masyarakat dan bantuan internasional. Setelah BRR dibubarkan pada April 2009, maka proses kelanjutan recoveri aceh dilakukan oleh BKRA (Badan Kesinambungan Rekonstruksi Aceh) yang berada di bawah koordinasi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional  (BPPN) Aceh
         Namun setelah tuntasnya program BRR, masih ada beberapa orang korban tsunami yang masih tinggal di barak-barak pengungsian. Salah satu barak yang masih dihuni oleh warga korban tsunami adalah barak di Ulee Lheu, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Selain itu di Aceh Besar Menurut data BRR,  di Barak Bakoy dan  Barak Raider masih ada sekitar 900 KK masyarakat yang belum mendapatkan bantuan rumah.
B.     Gambaran Umum Sumatera Barat Pasca Gempa
Secara umum kondisi masyarakat Sumbar pasca gempa telah mengalami pemulihan. Masyarakat tidak lagi mengalami trauma berat seperti pada masa-masa tanggap darurat. Penyaluran bantuan yang telah berjalan selama kurang lebih 10 bulan belum menampakkan hasil yang signifikan. Di sepanjang jalan Kabupaten Padang Pariaman menuju Kota Bukit  Tinggi (salah satu lokasi terparah) masih banyak rumah-rumah penduduk yang belum dibangun karena keterbatasan biaya. Bantuan yang pernah dijanjikan pemerintah (rusak berat : 15 juta, rusak sedang : 5 juta : dan rusak ringan : 3 juta ) belum terealisasikan kepada semua korban bencana.
Program rehabilitasi dan rekonstruksi Sumbar saat ini dikoordinasikan oleh BPBD Pariaman dan Padang pariaman. BPBD ini juga mendapatkan dukungan SDM dari UN RC. Selama bulan Agustus 2010 telah banyak NGO yang mengakhiri programnya. Menurut dokumen UNDR sampai Bulan Agustus 2010 NGO yang masih bekerja di Sumbar berjumlah 45 organisasi.
C.    Struktur Organisasi
1.      Banda Aceh : 1 orang program direktur, 1 orang staf administrasi, 2 orang staf lapangan, 1 orang kasir, 3 orang guru play group dan 1 orang Supir
2.      Padang. Program ini hanya diimplementasikan oleh 2 orang staf dan 15 orang relawan
3.      Kabupaten Padang Pariaman: program ini dilaksanakan oleh : 1 orang coordinator program, 1 kasir, 2 orang staf lapangan dan 1 orang supir

          II.      Banda Aceh
A.    Nama Project     : Post Tsunami Education and Economic Rehabilitation in Aceh
B.     No Project          :  910383
C.    Lokasi                 : Desa Lambaroskep, Lamdingin dan Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh Indonesia 
D.    Periode               : Mei  2008 – Mei 2011
E.     Implementasi Program
1.      Tujuan Jangka Panjang (Goal)
Memfasilitasi dan membantu komunitas termasuk anak-anak yang survive dari tsunami sehingga mereka dapat melanjutkan hidup mereka dengan bahagia
2.      Tujuan jangka pendek (Objective)
a.       Program Kusus
Mendirikan pusat pendidikan sehingga 200 anak dapat mengikuti kursus bahasa inggris, komputer, matematika dan fisika
1.      Aktivitas
Pada tahap awal pelaksanaan program staf terlebih dahulu sosialisasi progam melalui diskusi bersama kepala desa dan anggota masyarakat. Masyarakat diminta mengusulkan nama-nama calon penerima bantuan.  Setelah itu dilakukan  verifikasi dan seleksi permohonan yang telah dibuat calon penerima bantuan. Kriteria penerima bantuan antara lain :a) korban gempa dan tsunami b) golongan ekonomi lemah c) tidak sedang menerima bantuan yang sama dari lembaga lain d) memiliki motivasi belajar yang tinggi. Peserta yang telah diterima diminta untuk menandatangani kontrak belajar (jangka waktu 3 sampai 6 bulan). Kegiatan belajar berlangsung setiap hari di gedung pendidikan yang telah disewa.
Setelah program berjalan selama satu tahun telah dilakukan 2 kali evaluasi program. Dari hasil evaluasi tersebut telah dilakukan penyeleksian kembali para pengajar yang mengajar di kursus Ya-PeKA. Dalam menjalankan program guru yang mengajar telah memberikan laporan harian dengan baik setelah sebelumnya diminta untuk membuat Satuan Acara Pembelajaran (SAP) selama periode mengajar. Dalam setiap memulai tahun ajaran ataupun masa belajar yang baru, setiap siswa telah diminta untuk mengisi lembar perjanjian belajar. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga motivasi dan komitmen belajar siswa  dalam mengikuti kegiatan kursus. Telah dilakukan 6 kali monitoring selama periode pelaporan.
2.      Output
Selama 3 tahun program berjalan sebanyak 199 orang siswa mengikuti kursus Bahasa Inggris, 322 orang siswa mengikuti kursus Matematika dan Fisika, 193 orang mengikuti kursus Komputer
3.      Kendala yang dihadapi
a)      Masih Kurangnya buku-buku pendukung untuk pengajaran kursus –kursus yang dilaksanakan .
b)      Masih minimnya alat-alat mengajar (tools) yang akan digunakan untuk pengajaran kursus
c)      Masih kurangnya  kreatifitas para pengajar dalam mengembangkan metodologi pengajaran kepada siswa.
d)     Kurangnya kesadaran anak-anak untuk mengikuti pendidikan informal secara intensif
e)      Melihat kondisi ruangan yang sempit para guru mengeluhkan suara-suara berisik yang terdengar dari tiap-tiap ruangan
f)       Kurangya fasilitas ruangan audio visual belajar bahasa inggris untuk kegiatan listening
g)      Siswa yang aktif belajar kurang aktif dalam kegiatan belajar. Hal ini disebabkan padatnya jadwal belajarr yang telah disusun oleh sekolah mereka masing-masing

b.      Program Play Group
Membuka play group dan taman kanak-kanak sehingga 80 orang anak di Desa Lampulo,  Lamdingin dan Lambaroskep dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut
1.      Aktivitas
Pada tahap awal pelaksanaan program ini staf telah melakukan sosialisasi program kepada masyarakat yang memiliki anak usia 2- 5 tahun di lokasi intervensi. Ya-PeKA telah menyewa sebuah rumah di Kampung Mulia yang berdekatan dengan lokasi intervensi. Kemudian Ya-PeKA melakukan perbaikan alat-alat permainan (out dor) dari program sebelumnya (program, yang didanai ACT).   Proses belajar – mengajar dilaksanakan setiap hari.
Dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar ada 3 orang guru yang melakukan pengajaran. Dua diantaranya adalah pelayan gereja. Ketiga pengajar memiliki latar belakang pendidikan mendidik anak-anak usia 2- 5 tahun. Sebelum melaksanakan pengajaran setiap guru terlebih dahulu merencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan di dalam satu hari. Semua proses belajar – mengajar dilaksanakan setiap hari. Telah dilakukan 6 kali monitoring selama periode pelaporan.  

2.      Output
Selama 3 tahun program sebanyak  124 orang anak usia 2-5 tahun telah mengikuti kegiatan kurus. Saat ini beberapa diantaranya telah masuk ke TK dan SD

3.      Kendala
a)      Masih kurangnya  kreatifitas para pengajar dalam mengembangkan metodologi pengajaran kepada siswa
b)      Masih kurangnya fasilitas permainan anak (in dor) seperi puzzle, panggung boneka, dan alat-alat peraga
c)      kurangnya kegiatan-kegiatan kreatif yang sifatnya membangun wawasan anak  di luar ruangan kelas
d)     kurangnya  partisipasi orang tua dalam mengikuti perkembangan psikologi dan intelektual anak

c.       Program Pemberdayaan Ekonomi
Menyediakan modal usaha bagi 180 KK yang bekerja di sektor informal sebelum bencana terjadi
1.      Aktivitas
Pada tahap awal pelaksanaan program staf telah melakukan sosialisasi program bersama dengan kepala desa dan anggota masyarakat di lokasi intervensi untuk membentuk kelompok yang anggotanya berjumlah 5 – 10 orang. Dalam pertemuan ini disepakatti bahwa kriteria atau  syarat untuk menjadi anggota kelompok antara lain : a) korban gempa dan tsunami b) memiliki usaha (alat produksi) yang  sedang berjalan c) merupakan golongan ekonomi lemah d) berusia 18 – 60 tahun 5) tidak sedang menerima bantuan yang sama dari lembaga lain e) hanya dibenarkan 1 keanggotaan di dalam 1 KK. Pembentukan kelompok berdasarkan kesamaan jenis usaha dan kedekatan wilayah. 
Ada beberapa langkah yang dilakukan di dalam penyaluran bantuan modal usaha. Antara lain : a) Diskusi pembentukan kelompok, b) pembuatan AD/ART, c) pengangkatan pengurus, d) pembuatan kesepahaman dengan kelompok, e) realisasi modal, f) monitoring
Di dalam upaya mendukung usaha ekonomi masyarakat dampingan, staf lapangan lapangan Ya-PeKA selalu rutin melakukan perkunjungan ke tiap-tiap anggota kelompok untuk memonitoring usaha yang dilakukan. Selain itu di dalam diskusi-diskusi bulanan kelompok staf selalu memberikan masukan - masukan yang dapat membantu anggota dalam mengembangkan usahanya. Pada periode pelaporan ini telah dilakukan 6 kali monitoring kelompok

2.      Output
Telah terbentuk 4 kelompok CBO dengan 27 orang anggota. Jenis –jenis usaha yang didukung antara lain : 7 kios, 7 penjual kue 3 penjahit, 3 penjual nasi, 1 ternak bebek,  dan  1 grosir snack, 1 isi ulang aqua, 1 sablon, 1 tambak ikan, 1 warung kopi, 1 kelontong.


3.      Kendala

a)      Kurangnya partisipasi / kehadiran anggota di dalam diskusi bulanan
b)      Penurunan daya beli masyarakat menurunkan tingkat pendapatan anggota yang umumnya pedagang
c)      Sulitnya menemukan lokasi pemasaran hasil produksi kelompok
d)     Tingginya persaingan usaha di sekitar lokasi usaha anggota kelompok
e)      Kurangnya kreativitas anggota kelompok di dalam mengembangkan bentuk-bentul usaha alternatif rumah tangga

d.      Program Training / Pelatihan
Menyediakan bantuan professional untuk menjalankan usaha
1.      Aktivitas
Untuk mengorganisr kelompok- kelompok CBO yang ada Ya-PeKA telah melakukan 1 kali training management micro finance yang diikuti oleh 4 orang staf dan 3 orang voluntir
2.      Output
Telah dilaksanakan 1 kali training management micro-finance bagi 4 staff dan 3 orang relawan . Dengan training staf dapat mengelola pembukuan yang ada di dalam kelompok
3.      Kendala. Kurang aktifnya peserta di dalam diskusi-diskusi

       III.      Kota Padang
A.    Nama Project     : Padang Earthquake Relief
B.     No Project          :  910401
C.    Lokasi                 : Kota Padang, Sumatera Barat
D.    Periode               : 20 Oktober 2009 – 25 April 2010
E.     Implementasi Program
1.      Tujuan Jangka Panjang (Goal)
Memenuhi kebutuhan pokok korban bencana alam
2.      Tujuan jangka pendek (Objective)
a.      Distribusi Food / Makanan
Melakukan pendistribusian bahan-bahan makanan seperti beras, gula, kopi, teh, ikan kering, telur, air mineral, mie instant, minyak goring, dan sayur- sayuran
1)      Aktivitas
Dalam mengimplementasikan program ini staf telah melakukan beberapa aktivitas
a)      Staf terlebih dahulu melakukan asesmen di lokasi intervensi
b)      Sebelum melakukan pembelian bahan makanan, staf terlebih dahulu melakukan 3 penawaran / biding. Semua bahan makan dibeli di kota padang.
c)      Bersama dengan 15 orang relawan lokal (mahasiswa dan pemuda gereja) staf melakukan pemaketan bantuan di gudang yang telah disewa
d)     Registrasi penerima bantuan dilakukan dengan sistem kartu. Setelah bantuan diberikan, penerima bantuan menandatangani tanda terima dan didokumentasi dengan foto.
e)      Lokasi pendistribusian dipilih berdasarkan kedekatan lokasi tempat korban berada. Untuk anggota gereja HKBP, lokasi pendistribusian dilakukan di masing-masing posko gereja.
f)       Staf menandai setiap material bantuan dengan sticker LCMS

2)      Output
Ya-PeKA telah mendistribusikan 144 paket makanan (beras, gula, kopi, the, ikan kering, telur, air mineral, mie instant, minyak goring, dan sayur- sayuran) bagi 144 KK

b.      Distribusi Non Food / Bukan Makanan
Melakukan distribusi non food seperti tenda, lampu emergensi, senter, genset, perlengkapan bayi, pamper bayi.
1)      Aktivitas
Dalam mengimplementsikan program ini, staf melakukan beberapa aktivitas:
a)      Staf kembali melakukan asesemen di lokasi intervensi. Kriteria yang digunakan di dalam penyeleksian penerima bantuan antara lain : i) Korban gempa ii) masyarakat yang tetap tinggal di rumah yang rusak iii) mendapatkan rekomendasi dari kepala desa atau anggota masyarakat. Dalam menentukan besarnya jumlah  bantuan Ya-PeKA juga mempertimbangkan kategori yang telah ditetapkan pemerintah (rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan)
b)      Sebelum melakukan pembelian bahan material, staf terlebih dahulu melakukan 3 penawaran / biding. Semua bahan makan dan material dibeli di kota padang. 
c)      Bersama dengan 15 orang relawan Ya-PeKA melakukan pendistribusian material langsung ke rumah – rumah penerima bantuan. Setelah bantuan diberikan, penerima bantuan menandatangani tanda terima dan di dokumentasi dengan foto.
d)     Staf menandai setiap material bantuan dengan sticker LCMS
Di samping melaksanakan pendistribusian non food Ya-PeKA juga melakukan traumatic healing bagi korban bencana. Program ini dirasa perlu mengingat banyak masyarakat khususnya anak – anak masih mengalami kepanikan ketika gempa-gempa kecil kembali terjadi. Selama periode pelaporan ini, Ya-PeKA telah melakukan kegiatan traumatic healing bagi anak usia 4 – 12 tahun dan pemuda

2)      Output
Ya-PeKA telah mendistribusikan non food dan material bangunan ( lampu emergensi, senter, genset, perlengkapan bayi, pamper bayi,  semen, triplek, paku, seng, martil dan kayu) kepada 358 KK dan 20 bayi di Kota Padang dan Kota Pariaman. Selain itu Ya-PeKA juga melakukan traumatic healing  terhadap 263 anak-anak dan 100 orang pemuda.
c.        Kendala yang dihadapi
1)      Lokasi pendistribusian yang jauh dari pusat pasar menghabiskan waktu dan biaya yang besar. Beberapa pendistribusian juga dilakukan ke Kota Pariaman sekitar 2 jam dari kota Padang
2)      Orang tua memiliki trauma yang kompleks sehingga mereka juga sangat sulit untuk mengijinkan anak-anak mereka mengikuti program traumatic healing
3)      Adanya isu kristenisasi di lokasi program sehubungan dengan isu ini, sebenarnya 80 % masyarakat tidak menolak program, hanya saja beberapa tokoh masyarakat merasa iri kepada beberapa orang yang telah menerima bantuan sebelumnya.

       IV.      Kabupaten Padang Pariaman
A.    Nama Project     : Rapid response and rehabilitation of the earthquake in West Sumatra
B.     Lokasi                 : Dusun Villa Jaya, Kec. 2 x 11 enam lingkung, Kabupaten Padang Pariaman
C.    Periode               : Oktober 2009 – Agustus 2010
D.    Implementasi Program
1.      Tujuan Jangka Panjang (Goal)
Memenuhi kebutuhan dasar hidup 300 KK. 37 Bayi, 378 laki-laki dan 498 perempuan
2.      Tujuan Jangka Pendek (Objective)
a.       Distribusi food dan non food
Memenuhi kebutuhan dasar hidup 300 KK dan 37 Bayi, selama dalam pengungsian
1)      Aktivitas
Dalam melaksanakan program ini Ya-PeKA melakukan beberapa aktivitas
a)      Ya-PeKa terlebih dahulu melakukan re-asesmen di 2 wilayah antara lain Kecamatan pasir Parupuk, Kota Padang dan  Dusun Villa Jaya, Desa Lubuk Pandan Kecamatan 2 x 11 VI lingkung, Kabupaten Padang Pariaman.
b)      Dalam proses pembelian item food dan non food terlebih dahulu dilakukan 3 penawaran. Semua pembelian material dilakukan di Kota Padang.
c)      Sistem registrasi dilakukan dengan sistem kartu. Korban bencana juga dilibatkan dalam proses pemaketan dan pendistribusian bantuan.  
2)      Output
Dari 3 kali pendistribusian food dan non food, korban bencana di 3 lokasi intervensi telah dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka dalam 1 bulan. bantuan food dan non food telah didistribusikan kepada 37 KK, terdiri dari 231 laki-laki, 303 perempuan dan 89 anak. dalam proses pendistribusian ini juga telah melibatkan korban bencana.

3)      Kendala
a)      Lokasi distribusi yang jauh dari pusat pasar
b)      Munculnya kecemburuan sebagian masyarakat yang tidak menerima bantuan

b.      Psikososial Anak
Membantu anak untuk memulihkan trauma. Dengan kegiatan play group anak dapat melupakan pengalaman buruknya terhadap bencana.
1)      Aktivitas
 Dalam melaksanakan program ini Ya-PeKA telah melakukan beberapa aktivitas
a)      Melakukan asesmen kebutuhan program psikososial anak dengan cara melakukan diskusi dengan para orang tua
b)      Ya-PeKA melakukan 1 kali training psikosisal untuk membekali para pengajar / pendamping anak di dalam melaksanakan proses traumatic healing. Bersamaan dengan proses ini staf dan pendamping telah membuat membuat perencanan program selama 3 bulan bersama dengan para pendamping dan orang tua anak
c)      Melakukan kegitan psikososial anak sebanyak 20 kali dengan tema : 1) mengekspresikan perasaan  2) bahaya dan bencana, 3) kapasitas, kerentanan dan resiko, 4) peta siaga, 5) sistem peringatan dini, 6) Sistem evakuasi, 7) manajemen data dan informasi, 8) Upaya kebersihan diri. adapun setiap kegiatan yang dilaksanakan memiliki susunan acara : a) pembukaan acara dengan nyanyian dan pembacaan doa b) aktivitas inti melakukan simulasi gerak dengan nyanyian-nyanyian, melakukan kegiatan seperti menggambar, mewarnai, memotong dll. c) aktivitas penutup dengan memberikan snack kepada anak.
d)     Melakukan beberapa kegiatan di luar ruangan. Kegiatan ini dilakukan di Taman Melati (lokasi rekreasi umum) Pandang. Pada kegiatan tersebut beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain: bercerita, bernyanyi, menggambar, dan beberapa permainan dengan metode mendenganrkan cerita tentang perasaan anak khususnya yang traumatic.
e)      Dalam mendukung kegiatan program, Ya-PekA telah menyewa sebuah rumah sederhana. Rumah tersebut digunakan untuk kantor, dan pusat koordinasi di Kabupaten Padang Pariaman.
f)       Melakukan 1 kali monitoring dan evaluasi kegiatan bersama staf, pendamping dan orang tua.
2)      Output
Hasil jangka pendek yang dapat dicapai
a)      Orang guru/ pendamping anak telah memiliki kapasitas untuk menyusun/ merencanakan  dan melaksanakan kegitan psikososial
b)      Dari kegiatan yang dilakukan sebanyak  162 orang anak ( 70 laki-laki dan 102 perempuan) yang berusia 3 s/d 13 tahun telah mengikuti program secara rutin 2 kali dalam seminggu dengan rata- rata kehadiran 65 orang per pertemuan

3)      Kendala
a)      Kompleksnya trauma orang tua anak-anak peserta program sehingga tidak mudah mengijinkan anaknya untuk mengikuti kegiatan program.
b)      Isu kristenisasi yang merebak di tengah – tengah masyarakat
c)      Kurangnya kreativitas pendamping anak menggunakan metode- metode pengajaran di dalam menyampaikan materi-materi yang sudah direncanakan


c.       Distribusi Kasur
Melakukan pendistribusian kasur untuk membantu korban gempa .
1)      Aktivitas
Dalam mengimplementsikan program ini proses yang telah berjalan :
a)      Ya-PeKA terlebih dahulu melakukan re-asesmen di 4 wilayah/lokasi yang menjadi menjadi target intervensi. assessment ulang dilakukan di Nagari Sicincin, dusun villa jaya, dusun kampung sudut, dan dusun balai satu
b)      Dalam proses pengadaan kasur gulung staf terlebih dahulu melakukan tiga penawaran. Semua kasur gulung dibeli di padang pariaman dan Singkarak  
c)      Registrasi  IDPS telah dibuat dengan sistem kartu. IDPs juga dilibatkan dalam proses pembungkusan dan pengepakan paket bantuan. 
d)     Lokasi pendistribusian dilakukan sesuai dengan wilayah penerima bantuan. Pendistribisian dilakukan di rumah wali korong dan rumah warga.
2)      Output
Lewat pendistribusian ini sebanyak 325 KK telah meneriama 1 buah kasur dengan ukuran 2 X 1,4 m. Adapun rincian penerima bantuan ini : 1) Sicincin, dusun Rimbo Bakung 65 KK. 2) Dusun Villa Jaya 198 KK. 3) Dusun Kampung Sudut 33 KK. 4) Dusun Balai Satu 29 KK.
3)      Kendala.
a)      Jauhnya jarak / lokasi pembelian kasur
b)      Munculnya kecemburuan dari beberapa anggota masyarakat di desa lain yang tidak mendapatkan bantuan

d.      Pemberdayaan Ekonomi
Meningkatkan pendapatan korban bencana sehingga mereka dapat bertahan hidup
1)      Aktivitas
Dalam melaksanakan program ini Ya-PeKA melakukan beberapa langkah sebagai berikut:  Melakukan assesment kebutuhan di wilayah intervensi .
a)      Melakukan analisa data atas assesment kebutuhan anggota masyarakat.
b)      Membangun komitmen bersama dengan anggota kelompok lewat 2-3 kali diskusi. Hal ini dilakukan untuk mensosialisasikan konsep pembangunan ekonomi kerakyatan. Dalam pertemuan ini juga anggota kelompok menyusun sendiri aturan main dalam kelompok.
c)      Membentuk kelompok dengan kisaran jumlah anggota 10 – 12 orang.  Pengelompokan tidak semata berdasarkan kesamaan jenis usaha namun dapat juga berdasarkan kedekatan lokasi tempat tinggal anggota.
d)     Melakukan monitoring untuk memastikan pemakaian dana yang diberikan adalah tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu setiap anggota juga didorong untuk memiliki tabungan, dana sosial dan amal di dalam kelompok.

2)      Output
Pada periode pelaporan ini Ya-PeKA bersama dengan komunitas telah membentuk 5 kelompok usaha kecil menengah. Saat ini jumlah komunitas yang menjadi anggota sebanyak 72 KK, 54 perempuan dan 18 laki-laki. Pada umumnya (80.%) anggota kelompok bekerja sebagai pedagang kios. Berikut table anggota kelompok berdasarkan kategori jenis usaha.

3)      Kendala 
a)      Kurangnya  partisipasi anggota kelompok di dalam diskusi-diskusi kelompok yang diadakan
b)      Kesibukan pekerjaan anggota kelompok membuat kelompok jarang bertemu dalam pertemuan bulanan
c)      Munculnya kecemburuan dari masyarakat yang berlokasi berdekatan dengan lokasi intervensi
d)     Munculnya isu-isu provokatif kristenisai dari beberapa anggota masyarakat yang fanatis

e.       Pelatihan Pembukuan Ekonomi
Meningkatkan pemahaman anggota kelompok untuk mengelola keuangan kelompok
1)      Aktivitas
Pada peride ini Ya-PeKA telah melakukan 1 kali training pengembangan ekonomi.Dalam pelatihan ini anggota kelompok diajarkan bagaimana metode pengisian buku-buku yang digunakan untuk transparansi keuangan kelompok.  Adapaun proses yang dilakukan antara lain: pembuatan tor, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi.  
2)      Output
Melalui progam ini jumlah peserta yang mengikuti training sebanyak 21 orang (2 laki-laki. dan 19 perempuan)
3)      Kendala. Kurang aktifnya peserta pelatihan di dalam diskusi-diskusi

f.       Training Kesiapsiagaan Bencana Dasar
Meningkatkan pemahaman dasar masyarakat rentang pentingnya kesiapsiagaan bencana.
1)      Aktivitas. Program ini dilaksanakan pada Mei 2011 di Annai Resoort. Dalam training ini peserta dilatih untuk tanggap terhadap bencaca dan mengenal sistem pengurangan resiko bencana berbasis komunitas. Pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari di Kabupaten Padang Pariaman.
2)      Output. Pelatihan ini diikuti oleh 27 orang peserta, yang terdiri dari 1 orang staf Banda Aceh, 21 orang anggota kelompok ekonomi,  2 orang relawan dari Kabupaten Mentawai,  3 orang relawan dari HKBP Ressort Padang. Peserta telah mampu mengenal sisitem pengurangan resiko berbasis komunitas dan mengaplikasikannya di lingkungan mereka.
3)      Kendala. Kurangnya partisipasi peserta di dalam proses pelatihan.
          V.      Analisis
A.    Banda Aceh
Melalui program rehabilitasi pendidikan (kursus dan play group) telah muncul kesadaran bagi anak-anak dan orang tua untuk semakin keras menimba/ mendapatkan ilmu pengetahuan  hal ini diindikasikan dengan adanya kemauan orang tua murid untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program pendidikan jika program akan berakhir.
Untuk mengakomodir perspektif gender, dalam penerimaan siswa Ya-PeKA memberikan kesempatan yang sama kepada siswa  laki-laki perempuan. Begitu juga dalam hal rekruitment tenaga pengajar.
Kesulitan yang dihadapi untuk mencapai objektifitas program Pemberdayaan ekonomi adalah terjadinya laju inflasi yang tinggi. Hal ini nampak dari masih tingginya harga-harga kebutuhan pokok pasca kepulangan NGO asing di Banda Aceh (2009). Setelah kepulangan NGO asing tersebut, harga-harga tidaklah  mengalami penurunan  Dikhawatirkan pada fase keadaan ini akan menurunkan daya beli masyarakat.
Sementara itu kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan program ini antara lain :
1.      Kesibukan pekerjaan masyarakat (kelompok) yang tidak bisa ditinggalkan mengakibatkan kurang terjadinya pertemuan secara rutin seperti yang diharapkan.
2.      Pemberian bantuan pengembangan modal usaha oleh banyak NGO pada masa-masa rehabilitasi menyebabkan  masyarakat mempunyai pola pikir yang konsumtif / karitatif terhadap bantuan yang akan diberikan.
Lewat bantuan modal usaha IDPs (interpersonal displace persons) mampu menyisihkan sebagian pendapatan untuk kebutuhan – kebutuhan pelengkap / sekunder. Selain itu IDPs telah dapat menambah jenis mata pencaharian dalam keluarga. Peningkatan hasil satu mata pencaharian telah dapat menciptakan mata pencaharian yang lainnya. Bagi komunitas, pemberian bantuan modal usaha telah meningkatkan aktivitas perekonomian. Pulihnya mata pencaharian IDPs telah meningkatkan daya beli masyarakat di di 3 wilayah intervensi..
Sistim kelompok KPUKM (Kelompok Pengembangan usaha kecil menengah) yang telah dibangun sejak awal telah mendorong komunitas untuk membangun sistem microfinance sendiri. Sistem tersebut kini telah berjalan dan masyarakat telah mampu mengelola KPUKM itu dengan mandiri.
Dalam mengakomodasi perspektif gender Ya-PeKA membuka peluang/ akses yang sangat besar bagi semua IDPs (tidak membeda-bedakan baik pria dan wanita) untuk mendapatkan program bantuan ini. Di dalam diskusi-diskusi KPUKM Ya-PeKA mendorong kelompok untuk lebih terbuka terhadap kepemimpinan  yang sejajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program ini antara lain :
1.      Rekruitment staf setempat (lokal) menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan program.
2.      Pembentukan kelompok dalam KPUKM merupakan salah satu jalan untuk menciptakan kemandirian ekonomi.
3.      Dalam mengimplementasikan program masih diperlukan analisis-analisis baik dalam bidang ekonomi maupun pendidikan.
4.      Untuk meningkatkan SDM IDPs masih dibutuhkan pengembangan-pengembangan program yang lebih spesifik di wilayah intervensi mengingat masih relatif rendahnya taraf pendidikan.
5.      Tujuan yang murni untuk kemanusiaan akan sangat membantu khususnya di daerah Banda Aceh. Dengan tujuan yang murni untuk kemanusiaan maka isu-isu yang lain akan dapat dihilangkan sehingga kepercayaan masyarakat penerima bantuan akan bertumbuh dengan baik.
B.     Kota Padang  dan Kabupaten Padang Pariaman
Situasi awal kadaruratan, banyak pengungsi yang memilik tidak memiliki tempat tinggal memilih untuk menginap di rumah-rumah keluarga. Hal ini  menyebabkan tidak tercovernya data seluruh Idps yang tidak menetap di lokasi kerusakan / rumahnya masing-masing. Sehingga muncul tuntutan kepada lembaga untuk membagikan secara merata bantuan yang ada. Hal inilah yang menyebablan dalam beberapa distribusi Ya-PeKA membagikan secara merata bantuan yang ada.
Akibat kurangnya data yang valid dari pihak aparat pemerintahan, Ya-PeKA mengalami kesulitan ketika melakukan pendataan terhadap jumlah korban di setiap lokasi intervensi. Kondisi ini juga diperkuat oleh kurang terkoordinasinya implementasi program antar NGO yang ada Sumatera Barat.  Untuk mengatasi hal ini Ya-PeKA melakukan identifikasi ulang terhadap IDPs yang telah mendapatkan bantuan dari NGO lain
Penyaluran bantuan food dan non food pada fase emergency (2 bulan) telah membantu IDPS untuk mempersiapkan mata pencaharian yang baru. Pelibatan IDPs dalam proses re-assessment, perencanaan dan pendistribusian food dan non food mendorong munculnya semangat  untuk meneruskan hidup dan berkemauan kuat untuk keluar dari situasi krisis yang ada pada saat itu (traumatic healing).
Dalam pembuatan proposal anggaran Ya-PeKA telah memperhatikan sphere standart. Dalam menentukan tipe/ jenis bantuan Ya-PeKA terlebih dahulu melakukan diskusi kepada IDPs apa-apa saja yang menjadi  kebutuhan dasar. Lewat diskusi dengan IDps beberapa item food yang disetujui olej lembaga donor harus mengalami modifikasi. Untuk item food diganti dengan item material bangunan .
Dalam mengakomodasi perspektif gender, Ya-PeKA membuka peluang bagi proses rekruitmen staf perempuan. Dalam pelaksanaan program psikososial Ya-PeKA telah merekrut 3 orang relawan perempuan yang berasal dari lokasi intervensi (Dusun Vila Jaya). Selain itu dalam merencanakan kebutuhan food dan non food Ya-PeKA telah memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar perempuan.
Rekruitmen staf lokal menjadi salah satu  faktor relatif yang mendukung keberhasilan implementasi program.  Pendekatan pribadi kepada kepala lingkungan dan tokoh-tokoh masyarakat setempat turut mendukung kerjasama dan koordinasi di lapangan.
Namun Tidak terkoordinasinya penyaluran bantuan ke wilayah intervensi program juga  mendorong munculnya sikap pragmatis di kalangan masyarakat.
Kesulitan dan tantangan yang terjadi di dalam pelaksanaan program psikososial adalah Munculnya kecemburuan kelompok tertentu terhadap kegiatan-kegiatan yang didukung oleh Ya-PeKA. unutk mengatsi itu Ya-PeKA melakukan pendekatan-pendekatan personal terhdap tokoh-tokoh masyarakat / ninik mamak yang memiliki pengaruh
Melalui kegiatan psikososial yang dilakukan, masyarakat Kabupaten Padang Pariaman khususnya dusun vila jaya, semakin terbuka akan kehadiran YaPeKA. Persaudaraan di antara sesama  anggota masyarakat semakin terbuka karena pengenalan diantara mereka menjadi lebih akrab.
Program ALWS telah berlangsung selama kurang lebih 13 bulan. Banyak tantangan dan hambatan yang telah dialami, teutama  di awal-awal pelaksanaan program. Pada periode laporan Maret  – Mei 2010) banyak program yang terhambat karena faktor isu kristenisasi yang keras beredar di kalangan masyarakat. Berkat pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan, semua elemen pemerintahan (wali nagari dan  camat ) telah mendukung program ALWS di Padang Pariaman. Pada saat program pendistribusian kasur keduanya telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan memberikan kata sambutan.
       VI.      Leason Learns / Pembelajaran
1.      Pelibatan korban dalam proses perencanaan, dan pendistribusian food dan non food sangat mendorong terjadinya proses traumatic healing. Dengan terlibat di dalam aktivitas-aktivitas tersebut IDPs tidak lagi larut di dalam penyesalan, kenangan sebelum bencana, dan duka yang mendalam. 
2.      Peningkatan intensitas pertemuan bulanan kelompok KPUKM dapat menjadi media penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap anggota.
3.      Dalam melaksanakan suatu kegiatan harus memperhitungkan dengan baik waktu pelaksanaan. Hal ini untuk menyikapi kesibukan komunitas di mana mayoritas anggota komunitas adalah pedagang.
4.      Di dalam kondisi trauma masyarakat sangat membutuhkan suatu kegiatan atau aktivitas untuk meningkatkan kreativitas mereka.
5.      Pada program pendidikan perlu dilakukan kegiatan yang lebih variatif dan tidak monoton
6.      Rekuitment tenaga pengajar harus lebih profesional
    VII.      Kondisi Ya-PEKA Pasca Berakhirnya Kontrak LCMS
Sejak berakhirnya kontrak dengan LCMS Mei 2011 program Ya-PeKA di  Banda Aceh sudah tidak lagi berjalan karena tidak ada dana operasional. Semua staf tidak lagi diperpanjang kontraknya. Berikut gambaran kondisi terakhir program.
a.       Program Play Group. Kegiatan ini tidak lagi dapat berjalan karena tidak ada dana operasional dan tenaga pengajar. Namun beberapa anggota masyarakat telah mengelola  kegiatan itu secara mandiri dengan memungut biaya kepada semua peserta.
b.      Program Kursus. Kegiatan ini tidak lagi berjalan karena tidak ada dukungan dana operasional.
c.       KPUKM. Program ini telah berakhir dan semua dana telah dikelola langsung oleh masyarakat setempat. (Semua laporan keuangan dan bergulir dilampirkan bersama laporan ini). Jumlah dana yang berputar di banda Aceh sebesar Rp. 74.000.000 dan dana berputar di padang Rp 116.000.000
d.      Inventaris. Berikut ini daftar inventaris yang masih ada, kondisi dan lokasinya.
.
No
Inventaris
Kondisi
Lokasi
Keterangan
1
1 Mobil Ford Rangger BK 8401 BT
Baik
Caritas Emergency / Diakoni Sosial, Siantar
Telah diserahterima kepada Caritas Emergency

1 Mobil Innova BB 1516 BB
Baik
Caritas Emergency / Diakoni Sosial, Siantar
Telah diserahterima kepada Caritas Emergency
2
1 buah Motor Revo BL 3167 JG
Baik
Banda Aceh
Digunakan oleh masyarakat setempat
3
1 buah motor Revo BL 3168 JG
Hilang
-
Hilang di kantor Play Group 2 Sptember 2010. Surat Lapor  hilang terlampir
4
1 Buah Motor Revo BA 3086 AB
Baik
Banda Aceh
Digunakan oleh masyarkat setempat



Banda Aceh 18 Januari 2012
                         Dibuat oleh,                                                        Diketahui Oleh


             Pdt. Herman S. Nainggolan                                     Pdt. Samuel Sihombing
                     Direktur Program                                                Sekretaris Ya-PeKA

                                                                  Diketahui


                                                     Dr. Jongkers Tampubolon                         
                                                            Ketua Ya-PeKA

Cari Blog Ini